Sunday, November 27, 2005

 

Ya Guru, Ya Siswa

Susah Belajar Bahasa Inggris


JL SETIABUDHI-Belajar bahasa Inggris memang susah. Buktinya, sejumlah guru-guru yang tergabung dalam musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris di Jabar mengeluhkan hal itu. Bila guru bingung menghadapi kemunculan sejumlah versi kurikulum, banyak siswa mengeluhkan metode belajar yang melelahkan.

Keluhan itu terungkap saat Prof Dr Nenden Sri Lengkanawati MPd mewawancarai sejumlah guru bahasa Inggris di Bandung Metropolis. Potret tadi kian nyata saat mantan Kepala Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu melakukan penelitian kecil tentang kompetensi guru bahasa Inggris belum lama ini. Hasilnya, Nenden menyimpulkan bahwa responden yang ditelitinya masuk dalam kategori kurang memadai.

Berbicara pada sidang pengukuhannya sebagai guru besar UPI pekan lalu, Nenden memaparkan, dari 38 responden yang diteliti, hasilnya menunjukkan hasil rata-rata 467. Angka tersebut menggunakan rentang skor dari 290 hingga 587. Nenden yang selalu tampil smart ini menambahkan, respondennya paling lemah dalam menyimak, yakni rata-rata responden hanya mampu menjawab 16 pertanyaan atau setara dengan 32 persen dari total soal sebanyak 50 butir.

Jawaban lebih baik didapat dari structure and written expression. Mereka mampu menjawab 26 soal atau setara dengan 65 persen. Sementara dalam reading comprehension, guru-guru yang diteliti Nenden ini mampu menjawab 29 pertanyaan atau 58,73 persen. Angka-angka tadi dianggap Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) ini jauh dari kompetensi yang diharapkan mampu mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

Nah, untuk menjaring kompetensi guru dalam menulis, Nenden juga meminta kepada respondennya untuk menulis esei argumentatif. Metode ini dimaksudkan untuk menguji tingkat kemahiran menulis sekaligus kemampuan berpikir kritis. Bagaimana hasilnya? Lagi-lagi Nenden menyimpulkan bahwa guru-guru tersebut kurang memiliki kompetensi seperti yang diharapkan kurikulum.

“Kebanyakan dari esei yang mereka tulis memperlihatkan kemampuan yang sangat memprihatinkan. Para guru memiliki kelemahan dalam dalam aspek isi, organisasi, kosakata, gramatika, dan mekanik penulisan. Dalam aspek isi, tulisan mereka menunjukkan adanya keterbatasan pengetahuan. Sehingga, topik tidak dikembangkan secara baik,” ungkap Nenden.

Nenden juga kemudian menguraikan lebih jauh tentang masalah-masalah yang muncul dalam KBK Bahasa Inggris. Ternyata, kata dia, guru-guru yang sudah mendapatkan pelatihan khusus pun tetap sulit memahami KBK. Terutama bila dikaitkan dengan berubah-ubahnya konsep yang mendasari implementasinya.

“Pada tingkat implementasinya, para guru kebingungan karena munculnya konsep contextual teaching and learning (CTL) dan genre-based approach (GBA) sebagai alternatif dalam implementasi KBK. Beberapa guru mengatakan bahwa mereka sangat menikmati pengajaran dengan CTL. Akan tetapi, tiba-tiba muncul lagi pelatihan yang menyarankan untuk menggunakan GBA. Konsep kedua ini sarat dengan teori sehingga sulit dipahami oleh kebanyakan guru,” papar istri dari Deputi Pendidikan Kementerian Kesejahteraan Rakyat Prof Dr Fuad Abdul Hamied ini.

Itu masalah yang timbul pada guru. Sementara dari sudut pandang siswa, Nenden menemukan adanya siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar sangat melelahkan sekaligus memerlukan banyak dana. Kemunculan keluhan itu diakuinya sebagai cerminan karakteristik siswa Indonesia yang belum terbiasa bekerja keras. Bahkan, Nenden menyimpulkan bahwa perilaku kerja jeras itu masih harus dikembangkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

“Tidak heran bila dalam implementasi KBK ini dirasakan agak memberatkan bagi siswa yang kurang mampu. KBK mensyaratkan adanya kegiatan yang harus menggunakan materi otentik, seperti pergi ke lapangan untuk mewawancarai orang asing atau melihat daerah wisata,” lanjut Nenden yang siang itu membawakan pidato pengukuhan guru besar bertajuk “Profesionalisme Guru Bahasa dalam Konteks Sertifikasi Guru dan Eksistensi LPTK”.(njp)


DISCLAIMER

Hak cipta dari isi, berita, dan materi di situs ini adalah milik dari sumber yang bersangkutan. Saya sama sekali tidak berniat untuk melakukan pembajakan dari sumber manapun.
Jika ada yang berkeberatan dengan pemuatan isi, berita ataupun artikel yang ada di web saya, silakan anda hubugi saya dan saya tidak akan keberatan untuk menurunkan isi materi tersebut.
Comments: Post a Comment

<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?