Saturday, July 02, 2005

 

UPI BHMN, Pendidikan Tetap Menjadi Jati Diri

Lebih Dekat dengan Rektor UPI 2005-2010, Sunaryo Kartadinata

Siang sebentar berlalu, adzan maghrib belum juga usai, telepon selular tiba-tiba berdering pertanda pesan masuk. "Allahu Akbar, Alhamdulillah, Pak Naryo unggul. 14 Pak Naryo, 11 Pak Hamid," demikian isi sebuah pesan singkat yang masuk sesaat setelah sidang pemilihan rektor UPI di Jakarta usai, Senin (20/6). Ya, sidang majelis wali amanat (MWA) UPI berhasil menetapkan Sunaryo Kartadinata menjadi rektor UPI lima tahun ke depan. Bagaimana sosok pendidik kelahiran Ciamis 55 tahun silam tersebut menakhodai “perahu besar” UPI? Di sela lawatan panjangnya ke Jawa Timur, kemarin, Sunaryo menyampaikan gagasan pengembangan lembaga yang dipimpinnya kepada Najip HS Parino dari Radar Bandung. Berikut petikannya:

Perguruan tinggi (PT) Indonesia belum berhasil menunjukkan eksistensinya di pentas internasional. Sementara itu, kampus-kampus asing terus menyerbu Indonesia. Bagaimana anda melihat hal itu?

Itulah kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan kita. PT kita tidak berhasil masuk ke jajaran 200 besar perguruan tinggi terbaik di dunia. Kita bermasalah dengan mutu pendidikan secara umum. Saya pikir, saat ini kita dituntut untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi. Persoalan mutu menjadi urgent.

Apa indikator mutu sebuah PT?

Ada sejumlah indikator untuk menentukan mutu PT. Hal itu bisa diukur dari prestasi akademik, proses pembelajaran, sarana pembelajaran, layanan akademik, dan lain-lain. Sebuah perguruan tinggi dikatakan bermutu manakala hasil risetnya menjadi sumber rujukan kalangan lain, baik perguruan tinggi, swasta, maupun pemerintah.

Kaitannya dengan daya saing?

Di situlah daya saing. PT dihadapkan pada standar mutu. Jadi, indikator lain untuk mengatakan sebuah PT bermutu adalah sejauhmana PT yang bersangkutan mampu memenuhi tuntutan standar mutu yang ditetapkan. Mutu internasional, berarti PT yang bersangkutan mampu memenuhi kaidah standar internasional. Standar mutu mengacu kepada dua hal, secara kuantitatif maupun kualitatif. UPI sendiri terus berupaya mengejar pemenuhan standar mutu.

Apakah terdapat perbedaan antara PT pada umumnya dengan PT yang semula berasal dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)?

Tuntutan mutu pada prinsipnya sama antara PT umum dengan LPTK. Cuma saja, meskipun LPTK berubah menjadi universitas, namun misi, fungsi, dan tanggung jawab tetap pada pendidikan. UPI tetap menjaga jati diri kependidikannya. Saya berkewajiban menjaga amanat itu.

Bagaimana dengan pembukaan program studi baru non kependidikan di PT eks LPTK, UPI khususnya?

Sejak beberapa tahun terakhir, UPI membuka program studi baru non kependidikan. Tahun ini, UPI membuka lima program studi baru, empat diantaranya merupakan non kependidikan. Yakni, Ilmu Komputer, Pendidikan Ilmu Komputer, Manajemen Resort and Leisure, Manajemen Pemasaran Wisata, dan Manajemen Industri Katering.

Dimana unsur kependidikannya diterapkan?

Meski tidak ada mata kuliah khusus kependidikan, namun kami memformulasikan pendidikan di dalamnya. Pendidikan sebagai pendekatan. Secara filosofis, proses pembelajaran senantiasa mengedepankan kaidah pedagogis. Secara umum, UPI menyiapkan lulusan yang mampu memahami filosofi pedagogis. Contohnya, seorang lulusan pariwisata, bagaimana dia berkomunikasi dengan kaidah pedagogis. Jadi, dengan membukan program studi non kependidikan serta merta menghilangkan unsur pedagogis.

Apakah ada kaitannya dengan perubahan status UPI menjadi badan hukum milik negara (BHMN)?

Program studi non kependidikan telah dibuka sebelum UPI berubah menjadi BHMN. Meskipun tetap ada kaitannya, tapi bukan penyebab utama. BHMN merupakan kebijakan otonomi dalam manajemen pengelolaan PT. Esensinya adalah otonomi dalam dunia akademik. BHMN juga tidak berarti menghilangkan peran pemerintah. Yang pasti, status ini memberikan peluang untuk mengembangkan diri menjadi lebih luas.

Otonomi manajemen harus didukung dengan otonomi dalam pembiayaan. Bagaimana UPI menciptakan sumber pembiayaan di samping sumber dari pemerintah dan dana masyarakat?

Saya pikir setidaknya terdapat dua hal yang bisa dimanfaatkan untuk mencari pembiayaan universitas. Keduanya menjadi peluang sekaligus tantangan UPI ke depan. Pertama, kita berupaya untuk memaksimalkan peran UPI sebagai lembaga riset. Kami berharap hasil riset tersebut bisa dijadikan hak paten. Hak kekayaan intelektual memiliki daya jual mahal. Saya berharap, hasil riset mampu menjadi rujukan lembaga lain, baik PT lain maupun pemerintah dan perusahaan.
Kedua, potensi pembiayaan bisa digali dari sektor layanan masyarakat. UPI melayani jasa konsultan di bidang pendidikan misalnya. Saya kira peluang itu sangat besar. UPI juga bisa mengembangkan sektor usaha lain yang dikelola secara profesional.

Itu dari sektor pembiayaan, bagaimana dengan sektor akademik?

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah lulusan menunjukkan angka rata-rata 4.500 orang per tahun. Indeks prestasi yang dicapai lulusan rata-rata 3,08 dengan kecenderungan peningkatan rata-rata 0.02 setiap tahun. Angka efisiensi edukasi (AEE) menunjukkan peningkatan rata-rata 1,5 persen per tahun, pada tahun 2004 berada pada posisi 17,38 persen. Dilihat dari rentang studi dalam kurun waktu lima tahun terakhir, mahasiswa dapat menyelesaikan studi rata-rata dalam waktu 4,8 tahun.
Sementara itu, peningkatan mutu pembelajaran dilakukan melalui standarisasi dan evaluasi perkuliahan, pengembangan e-learning, peningkatan mutu laboratorium, dan peningkatan mutu dosen. Penelitian dan pengabdian pada masyarakat meningkat terus. Dalam hal ini, perlu ditata keterpaduan dan keterkaitan antara pembelajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat, dan penelitian ke arah hak paten.

Bagaimana anda mengawali rencana di atas? Atau, program 100 hari anda menjadi rektor?

Sulit untuk menentukan program kerja dalam tempo seratus hari. Program kerja harus mengacu kepada rencana strategis universitas. Dalam waktu dekat, saya akan melakukan penataan kelembagaan, penataan administrasi, dan konsolidasi unit kerja.

Ngomong-ngomong, anda bersedia menjadi rektor untuk berapa periode?

Saya pikir, harus ada waktu ketika kepemimpinan harus diganti. Meski begitu, ketika stake holder menghendaki lain, saya tidak bisa memaksakan kehendak saya.(*)

[Sebelumnya naskah ini dimuat di Harian Pagi Radar Bandung, harian lokal milik Jawa Pos Grup, pada 26 Juni 2005]

DISCLAIMER

Hak cipta dari isi, berita dan materi di situs ini adalah milik dari sumber yang bersangkutan. Saya sama sekali tidak berniat untuk melakukan pembajakan dari sumber manapun.
Jika ada yang berkeberatan dengan pemuatan isi, berita ataupun artikel yang ada di web saya, silakan anda hubugi saya dan saya tidak akan keberatan untuk menurunkan isi materi tersebut.
Comments:
tulisannya bagus...

coba mana yang lebih penting dan harus didahulukan dalam pembangunan bangsa sekarang ini

ekonomi, pendidikan, atau politik?

salam kenal

mgt
 
Post a Comment

<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?